Oleh : Nina Mulijasari dan Wasul Falah.
Tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikulo endotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Salmonella typhi atau Salmonella para typhi. Penularan ke manusia melalui makan dan atau minuman yang tertular kuman tersebut. Setelah melewati lambung kuman mencapai usus halus dan invasi ke jaringan limfoid yang merupakan tempat predileksi untuk berkembang biak. Melalui saluran limfe mesentrik kuman masuk aliran darah sistemik (bakterimia I) dan mencapai sel-sel retikulo endotelial dari hati dan limpa. Fase ini dianggap masa inkubasi (7-14 hari). Kemudian dari jaringan ini kuman dilepas ke sirkulasi sistemik (bakteremia II) melalui duktus torasikus dan mencapai organ-organ tubuh terutama limpa, usus halus dan kandung empedu.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri Salmonella typhi berbentuk batang, gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang mengandung empedu. Isolat kuman Salmonella Typhi memiliki sifat-sifat gerak positif, reaksi, fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif, sedangkan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin deaminase, urease dan DNase.6,1.
Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar – kelenjar limfe ini Salmonella typhi masuk ke aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman-kuman Salmonella typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Endotoksin Salmonella typhi berperan pada patogenesis demam tifoid karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat Salmonella typhi berkembang biak.
Demam tifoid ditularkan melalui fecal-oral antara lain makanan dan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella typhi maupun Salmonella paratyphi A. Faktor penyebab tifoid adalah pola makan, kebersihan makanan, higiene sanitasi (kualitas sumber air dan kebersihan jamban), tingkat pengetahuan higiene perseorangan (perilaku cuci tangan dan kebersihan badan).
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30 Nopember – 04 Desember 2015, bertempat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Redep Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur.
Responden Pernah Menderita Tifoid
Didapatkan data bahwa responden yang pernah menderita penyakit tipoid sebanyak 22 orang (44%) sedangkan yang tidak pernah menderita penyakit tipoid sebanyak 28 orang (56%). Distribusi responden menurut jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 27 orang (54%) dibandingkan responden laki-laki yaitu sebesar 23 orang (46%).
Tingkat pendidikan responden yang paling besar adalah SLTA/sederajat sebanyak 21 orang (42%), kemudian SD/sederajat sebanyak 11 orang (22%), kemudian Akademi/ Perguruan Tinggi sebanyak 10 orang (20%), kemudian SLTP/sederajat sebanyak 7 orang (14%) dan yang tidak sekolah sebanyak 1 orang (2%). Pekerjaan yang paling banyak pada responden survei ini adalah pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 18 orang (36%) dan pekerjaan responden yang paling sedikit adalah petani dan berkebun/berladang masing-masing yaitu sebanyak 1 orang (2%).
Penggunaan air bersih yang paling tinggi oleh masyarakat adalah air dari PDAM/Ledeng sebesar 48 orang (96%). Sedangkan penggunaan paling rendah adalah sumur gali yaitu 2 orang (4%).
Kualitas air bersih menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden (58%) menggunakan air yang jernih dan tidak berbau, 13 responden (26%) menggunakan air yang keruh dan berwarna, 1 responden (2%) menggunakan air yang keruh, berwarna dan berbau dan 7 responden yang memakai air bersih yang berbau kaporit.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Bersih Secara Mikrobiologi menunjukan tidak ada satu pun sampel yang diambil mengandung kuman Salmonella. Hanya ada beberapa yang positif dengan menggunakan metode H2S. Ini memberikan informasi bahwa ada beberapa kuman/bakteri golongan enterobacteria yang terkandung dalam sampel tersebut tetapi bukan kuman Salmonella.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium hanya didapatkan beberapa tes metode H2S yang positif sedangkan untuk media selektif SS Agar tidak ditemukan kuman/ bakteri yang tumbuh. Hal ini dapat dipastikan hanya kuman golongan enterobakteriae yang ada selain Salmonella. Enterobactericeae adalah kuman yang hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi material. Sebagian kuman enteric ini tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah), tetapi pada keadaan-keadaan di mana terjadi perubahan pada host atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain. Banyak di antara kuman ini mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia. Enterobactericeae termasuk dalam famili bakteri yang sebagian besar lebih dikenal bersifat pathogen, seperti Salmonella dan Eschericia coli.
Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan yang diobservasi dalam kegiatan ini adalah jenis jamban, penyimpanan air mentah di rumah tangga, jarak sumber air bersih dan tersedianya air dan sabun.
Jenis jamban yang paling banyak digunakan adalah jamban jongkok leher angsa sebanyak 43 orang (86%), dan jamban duduk leher angsa sebanyak 7 orang (14%). Penyimpanan air mentah yang menggunakan wadah tertutup 48 orang (96%) dan yang menggunakan wadah terbuka 2 orang (4%).
Dari hasil wawancara dan observasi di dapatkan hasil yaitu responden yang jarak septik tank nya lebih dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak 1 orang (2%), yang kurang dari 10 meter dari sumber air bersih sebanyak 18 orang (36%) dan yang tidak tahu sebanyak 31 orang (62%). Hal ini dikarenakan mereka paling banyak menggunakan PDAM/ledeng jadi tidak mempunyai sumber air bersih sendiri di rumah tangganya.
Responden yang menyediakan air untuk cuci tangan di dapur ada 49 orang (98%) sedangkan yang tidak tersedia air untuk cuci tangan 1 orang (2%). Sedangkan responden yang menyediakan sabun untuk mencuci tangan dan peralatan rumah tangga ada 49 orang (98%) dan yang tidak menyediakan sabun ada 2 orang (2%).
Untuk penilaian data perilaku yang menggambarkan kebiasaan ataupun perilaku masyarakat dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Dari tabel di atas didapatkan bahwa masyarakat yang memiliki bayi/balita dan membuang tinja di septik tank ada 43 orang (96%), sedangkan 2 orang (4%) masih membuang di tempat terbuka atau tempat sampah atau TPS.
Beberapa perilaku berisiko bahwa semua responden melakukan cuci tangan sebelum makan dengan angka sebesar 47 orang (94%) dan yang kadang-kadang 3 orang (6%). Kemudian cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar yaitu 45 orang (90%), yang tidak melakukan 4 orang (8%), dan kadang-kadang melakukan 1 orang (2%). Kebiasaan buang air besar di jamban adalah 47 orang (94%), yang tidak melakukan 2 orang (4%) dan yang kadang-kadang 1 orang (2%). Yang merebus air dengan benar sebelum diminum sebanyak 43 orang (86%), yang tidak direbus 3 orang (6%) dan yang kadang-kadang direbus sebanyak 4 orang (8%). Anggota keluarga yang buang air besar sembarangan sebanyak 5 orang (10%), yang tidak melakukan 44 orang (88%) dan yang kadang-kadang diluar 2 orang (4%). Untuk kebiasaaan menyimpan air matang di tempat yang tertutup dan aman dilakukan oleh 47 orang (94%), sedangkan 2 orang (4%) tidak melakukannya dan yang kadang-kadang menyimpannya 1 orang (2%).
Kesimpulan
- Sumber air yang paling banyak digunakan masyarakat adalah PDAM/ledeng, dengan kualitas fisik air masih ada yang belum memenuhi syarat (keruh dan berbau). Sedangkan untuk syarat bakteriologis walaupun secara uji Salmonella memenuhi syarat tetapi untuk uji enterobakter masih ada beberapa yang tidak memenuhi syarat.
- Faktor risiko yang berhubungan dengan sikap/perilaku masyarakat adalah masih ada anggota keluarga yang buang air besar sembarangan di tempat terbuka, semak-semak ataupun sungai.
- Sedangkan faktor risiko yang berhubungan dengan sanitasi/lingkungan di wilayah Puskesmas Tanjung Redep sudah baik dari segi kesehatan.