Workshop dilaksanakan pada tanggal 26-28 Februari 2018 di Aston Tanjung Hotel, kegiatan pertemuan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, lalu doa, laporan ketua panitia, ucapan selamat datang sekaligus membuka acara workshop epidemiologi Fasciolopsis buski regional Kalimantan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong

Dari hasil pemaparan yang disampaikan dsimpulkan bahwa:
a) Penyakit Fasciolopsis buski merupakan lokal spesifik di kabupaten Hulu Sungai Utara.
b) Penyebaran Fasciolopsis buski dimungkinkan pada daerah rawa dan aliran sungai yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara dan mengalir ke kabupaten lain di provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
c) Dalam 3 tahun terakhir sudah tidak ditemukan kasus Fasciolopsis buski pada manusia dan tanaman air, tapi pada hospes perantara keong air masih ditemukan adanya serkaria dan ditemukan adanya telur Fasciolopsis buski pada feces kerbau rawa dan kucing yang masih bisa memungkinkan sumber infeksi pada manusia.

KESIMPULAN
1) Bahwa Fasciolospsis buski saat ini ditemukan dan terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Utara tetapi kenyataan dan tidak menetap kemungkinan dapat menginfeksi pada penduduk yang dialiri sungai/rawa seperti Kabupaten Barito Selatan, Hulu Sungai Selatan, Tapin, dan Barito Kuala.
2) Seluruh peserta sepakat perlu dilakukan upaya-upaya untuk edukasi pada masyarakat agar terlindungi dari Fasciolospsis buski.

REKOMENDASI.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian Fasciolopsis buski secara komprehensif, terintegrasi dan memanfaatkan kearifan lokal maka dirumuskan butir-butir kesepakatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing, yaitu :
1. Ditjen P2P
a. Pengembangan pedoman/juknis program pengendalian Fasciolopsis buski .
b. Dukungan sumber daya, logistik, termasuk obat.
2. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKLPP) Banjarbaru
a. Melakukan surveilans epidemiologi penyakit Fasciolopsis buski pada manusia dan hospes perantara.
b. Secara berkala perlu melakukan koordinasi dan pertemuan dalam rangka pencegahan dan pengendalian Fasciolopsis buski.
3. Dinkes Provinsi Kalsel dan Kalteng.
a. Pengembangan program secara intensif untuk upaya pencegahan dan pengendalian Fasciolopsis buski.
b. Mengalokasikan dana yang cukup untuk upaya pencegahan dan pengendalian Fasciolopsis buski.
c. Melakukan sosialisasi PHBS dan termasuk edukasi pada masyarakat.
4. Dinkes Kabupaten/Puskesmas.
a. Pemantauan Fasciolopsis Buski di wilayah kerjanya masing-masing.
b. Melakukan survei prevalensi pada komunitas.
c. Penyediaan sumber dana.
d. Melakukan sosialisasi PHBS dan termasuk edukasi pada masyarakat serta upaya pencegahan dan pengendalian.
e. Deteksi dini suspek Fasciolopsis buski (pemeriksaan feces) bagi pasien diare.
5. Balai Veteriner Banjarbaru.
Melakukan surveilans penyakit parasiter pada hewan ternak.
6. Dinas Peternakan.
a. Meningkatkan pengawasan kesehatan hewan.
b. Meningkatkan pengawasan bahan pangan asal hewan
7. Balitbangda
Memperkuat kebijakan daerah untuk penanganan dan sosialisasi Fasciolopsis buski pada masyarakat.
8. Labkesda provinsi
Melakukan pemeriksaan rujukan terkait Fasciolopsis buski.
9. Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Melakukan penelitian-penelitian terkait Fasciolopsis buski.
10. Balai Penelitian dan Pengembangan P2B2 Tanah Bumbu. Melakukan penelitian terkait dengan sebaran Fasciolopsis buski dan kecacingan lainnya di kabupaten HSU dan sekitarnya.
11. Dinas Pendidikan/Sekolah Dasar
Promosi/penyuluhan/pendidikan PHBS, CTPS. Stop BAB sembarangan, dan penggunaan alas kaki.
12. Kepala Desa
a. Mendorong keluarga untuk melaksanakan PHBS.
b. Mendorong masyarakat menggunakan air bersih dan jamban sehat.
13. PT Adaro Indonesia site Balangan
a. Melakukan kampanye kesehatan kepada karyawan dan masyarakat.
b. Mendukung upaya pencegahan dan pengendalian Fasciolopsis buski.[wasul falah]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *